I guess I'll need a table in a room for studying, (since I just realized that I couldn't make friend with the mosquitoes..)
Nyamuk adalah contoh nyata dari kesabaran yang tak berbatas (salah satu pelajaran singkat dari guru saya yang masih melekat kuat di benak saya)
Mari perhatikan dia: sang nyamuk. Semangat terbang mencari rizki. Sabar berjuang meski ia tau maut menanti.
Baginya, jalan hidupnya memang berada antara hidup dan mati. Mendekati manusia untuk mencari makanan meski dengan risiko akan dibasmi. Dan dia tak pernah menyesalkan perannya yang memang sudah digariskan Allah (kita gak pernah liat ada nyamuk mogok kerja atau demo ke Allah karena manusia makin canggih -aka kejam- dalam melakukan pembantaian nyamuk kan?)
Maka di situlah letak kesabaran sejati: tak berbatas sampai ajal
Padahal (sekarang) di kehidupan nyata, sering sekali kita (maksudnya saya) dengan sok pintarnya membuat garis batas sendiri (istighfar yang banyak, sambil tersipu-sipu)
Betapa seringnya kita (maksudnya saya) ribut dan berkeluh kesah tentang sesuatu yang sudah kelewat batas (meski mungkin kadang cuma dalam hati atau bermonolog): 'ya kalo cuma gitu si gue bisa terimaa,, ini masalahnya sampe begini loo, trus gue mesti gimana cobaa?' (istighfar lagi yang banyak, sambil tetap tersipu-sipu)
Ah, batas,, Bukankah hanya Allah yang berhak menetapkan batas? Jika Allah saja Ash Shobuur dan Al Ghofuur, sedangkan sebagai mahluk-Nya kita selalu ingin mendapatkan kesabaran dan ampunan dari-Nya, masih pantaskah kita menciptakan konsep sabar sendiri?
Maka jawabannya: selama kita masih mencoba membuat garis batas kesabaran, selama itu pula kita tidak akan lulus dari ujian kesabaran.
Prepare for the worst, but if thing get worse than what we have been prepared for, ask Allah for forgiveness, and involve Him to release the burdens.
It's a process. I'm (still) trying to understand (and undergo). Insya Allah it's getting better and I'm going to master it one day.. (Alhamdulillaah, wa syukurillaah)
Mari belajar dari nyamuk, menjadikan ajal sebagai batas sabar. Insya Allah
No comments:
Post a Comment